Tuhan Kenapa Air Mata Ini Terus Mengalir
Air mata itu mulai ada
Jumat 08 april 2013 ayahku meninggal dunia, tak pernah ku sangka ini
terjadi, kecelekaan itu merenggut nyawa ayah ku, ku melihat sosok ayah
ku yang tak biasanya dengan tubuh di tutupi kain di sekujur tubuh nya,
tangan nya di ikat juga kaki nya, ku peluk berharap nyawa itu kembali
bukan hanya jasad ku peluk, ku coba ku tahan air mata ini karena kata
orang kita tak boleh menangis karena hujan di luar sana itu tangisan
ayah mu. Katanya ayah ku jauh lebih sedih di banding aku .Aku tak
pedulikan itu, ku lihat luka di kepala nya ku ambil kan obat biar ayah
ku sadar tapi ku tahu aku ini bodoh karena ayah ku telah meninggal.
Tapi aku gila aku depresi aku ingin membunuh diriku sendiri, semua
orang berkata “athek sabar, ikhlasin ayah mu biar tenang hanya doa yang
bisa kau lakukan sekarang ini”. “Diam kalian, kalian tak tau perasaan
aku, melihat orang yang paling ku sayangi di dunia terbaring tak
bernyawa”. Kata kata terakhir tak ku dengar, kalian tak tahu, berbulan
bulan aku tak bertemu ayah ku, dengan hp saja aku menghilangkan rasa
rindu ku tapi sekali aku ketemu dalam keadaan tak bernyawa. Tuhan luka
ini menyakitkan, kata kata tuhan sayang pada makhluk nya tapi kenapa
begini tuhan.
Ayah ku tak bernapas lagi
Ayah ku telah pergi.
Ibuku seorang diri.
Mengapa engkau pergi terlalu cepat.
Meninggalkan kami yang belum tahu taat.
Meninggalkan kami yang butuh bimbingan.
Untuk mencapai kesuksesan.
Kami hanya bisa berdoa.
Agar engkau nyenyak di alam baka.
Sejak ayah meninggal dunia.
Rumah bagai kapal tak bernahkoda.
Dan para awak tidak tahu apa-apa.
Ibuku seorang diri.
Mengapa engkau pergi terlalu cepat.
Meninggalkan kami yang belum tahu taat.
Meninggalkan kami yang butuh bimbingan.
Untuk mencapai kesuksesan.
Kami hanya bisa berdoa.
Agar engkau nyenyak di alam baka.
Sejak ayah meninggal dunia.
Rumah bagai kapal tak bernahkoda.
Dan para awak tidak tahu apa-apa.
Kami anak-anaknya.
Bagai ayam tidak ada induknya.
Kenangan indah bersama.
Hilang selamanya.
Bagai badai tiada habisnya.
Jika hal itu ku kenang.
Aku ingin menangis.
Sampai air mataku habis.
Aku ingin berteriak.
Sampai bumi retak.
Bagai ayam tidak ada induknya.
Kenangan indah bersama.
Hilang selamanya.
Bagai badai tiada habisnya.
Jika hal itu ku kenang.
Aku ingin menangis.
Sampai air mataku habis.
Aku ingin berteriak.
Sampai bumi retak.
Ayah…
Izinkan aku bertanya.
Jika ini kehendak yang kuasa.
Aku hanya bisa pasrah.
Dan berkata…
Selamat jalan ayah.
Izinkan aku bertanya.
Jika ini kehendak yang kuasa.
Aku hanya bisa pasrah.
Dan berkata…
Selamat jalan ayah.
Kini luka ini menimpa ku, luka yang tak bisa di sembuh kah, walau
dengan dokter sekalipun, aku berjerit bahkan aku mencubik tubuhku
berkali kali ayah ku tak kan kembali.
Ku lihat nisan bertulis nama ayah ku, “itu nama ayah ku. Andai boleh nyawa ini untuk ayah ku, aku ikhlas meninggal kan dunia ini selamanya tapi sayang nya ini sudah kehendak tuhan”.
Ku lihat nisan bertulis nama ayah ku, “itu nama ayah ku. Andai boleh nyawa ini untuk ayah ku, aku ikhlas meninggal kan dunia ini selamanya tapi sayang nya ini sudah kehendak tuhan”.
Untuk pertama kali nya ketakutan ku hilang melihat kain putih untuk
menutupi ayah ku yang sedang di buat oleh mereka mereka yang ahli.
Waktunya ayah ku dimandikan, tak lama selesai di mandikan ayah ku di
tutupin kain putih. Ayah ku di pocongi pertama kali nya ku melihat hal
ini dengan nyata, iya ini ayah ku dengan di balut kain putih, kata nenek
cium ayah asal jangan mengeluarkan air mata. Ku cium ayah ku dan ku
peluk ayah ku, hingga semua orang berkata “lepaskan nak, lepaskan!” ini
terakhir kali nya ku memeluk ayah ku. Ini terakhir kali nya aku melihat
tubuh ayah ku yang tak bernyawa izinkan aku memeluk nya, ku mohon!
Proses penguburan, ya ayah ku akan di masukan dalam tanah ini, ini
takdir ku ayah ku pergi tak pernah ku sangka, rasanya melihat ayahku
dimasukkan dalam tanah membuat ku tak bisa menahan tangis lagi ku tak
berdaya untuk berdiri lagi aku terjatuh tapi bukan terjatuh karena
tersandung tapi ku terjatuh karena ku tak sanggup menahan luka, tubuh
rasanya tak berdaya, darah ku tak mengalir kalau tuhan menghendaki biar
aku meninggal juga biar ku bisa bersama ayah ku.
Pemakaman selesai, turunlah hujan ku kembali ke rumah ku melihat
rumah ku ramai sekali menangis dan menangis, mama ku histeris dan
saudara ku tidur tak berdaya dan aku sendiri hanya termenung melihat di
tengah keramain ini ayah ku tak ada lagi, rasanya aku ingin mati saja,
rasanya aku ingin sekali ayahku mengajaku pergi bersamanya. Ku ingin
tidur agar bisa ku bermimpi ayah ku di saat aku tidur ku bermimpi ayah
ku duduk dengan tersenyum tapi ku aneh ku tak bisa menghampiri nya ku
hanya bisa melihat, ayah ku tak berbicara juga sungguh aneh”.
Apakah benar di mimpi ku itu ayah ku, atau kah itu hanya bunga tidur,
ku terbangun dan saat itulah ku termenung hingga makan pun tak
berselera. Di malam tahlilan semua orang membaca yasin, sekarang aku
membaca yasin buat ayah ku yang telah meninggal. Ku tak mendengar
langkah sentakan kaki ayah ku lagi, “aku tak punya ayah lagi”.
Kini ku hanya bisa lakukan hanya mendoakan ayah ku. Tuhan kumohon ambilah nyawa ku ini, beri sama orang yang membutuhkan aku tak membutuhkan nyawa ini yang ku butuh kan bertemu ayah ku berada di dekatnya.
Kini ku hanya bisa lakukan hanya mendoakan ayah ku. Tuhan kumohon ambilah nyawa ku ini, beri sama orang yang membutuhkan aku tak membutuhkan nyawa ini yang ku butuh kan bertemu ayah ku berada di dekatnya.
Hari demi hari berlalu ini adalah malam 40 hari ayah ku, iya membaca
yasin tapi kali ini yasin nya beda, bedanya karena ada foto ayah ku, ku
menangis lagi karena ku tak bisa melupakan ayah ku. Luka ini begitu
menyakit kan ku entah kapan akan sembuh ku tak tahu.
Tuhan adakah pilihan lain dalam hidupku
Beberapa hari ini kulewati, ku merenung ternyata semakin lama semakin
ku merinduhkan ayahku. Di saat aku jatuh sakit ku merinduhkan ayah ku
yang mengantar ku ke dokter, aku takut jalanin hidup ku ini sekarang,
kehidupan yang hanya bernapas saja tak ada lagi cerita yang indah.
Kadang ku bermimpi namun mimpi yang tak jelas ku hanya merasakan ada
ayah ku di mimpi ku. Ku tertawa tawa untuk menutupi luka ku ini, ku
berusaha tutup telinga saat teman teman ku sedang membanggakan ayah nya,
ku coba menutup mata saat teman teman ku di antar ayah nya ke sekolah.
Kata tuhan kita tak boleh iri oleh punya orang lain. Tapi ku mohon tuhan
ampuni aku karena aku iri pada teman ku tapi bukan aku tak iri terhadap
barang barang yang ia punyai tapi aku iri karena mereka mempunyai ayah.
Tuhan engkau memberi cobaan pada makhluk tidak melewati kemampuan
nya. Tapi kalau boleh jujur tuhan aku tak mampu melewati cobaan ini, aku
harus ikhlas iya aku ikhlas ya allah demi ketenangan ayah ku. Tapi
kalau boleh minta aku tak ingin hidup di dunia ciptaan mu ini ya allah
aku jenuh tuhan bukan berarti aku menentang mu tapi aku justru
menghargai mu ya allah aku tak mau merepotkan mu tiap doa doa ku
panjatkan ku selalu mengelu ngelu padamu. Tapi kalau kamu tak ingin
mengambil nyawa ku ini adakah pilihan untuk ku tuhan. Pilihan untuk
memilih antara masa sekarang dan masa lalu bila engkau memutar kan waktu
itu aku akan memilih kembali ke masa lalu tuhan. Masa dimana aku masih
hidup tanpa rasa sakit, masa dimana aku masih bisa menangis karena haru.
Bukan karena kesedihan melihat ayah ku menghadap mu.
Ku coba menerima
Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis dan
sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari
sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti
menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun terjadi karena
kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan. Jika hidup ini
seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas einsten, maka
pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu
adalah cahaya yang melesa lesat di dalam gerbong di atas rel itu.
Relativitasnya berupa seberapa banyak melesat lesat itu. Analogi
eksperimen itu tak lain, kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, dan
waktu relatif tergantung kecepatan gebong. Maka pengalaman yang sama
dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman
yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda,
relatif satu sama lain.
Banyak orang yang panjang pengalamannya tapi tak kunjung belajar,
namun tak jarang pengalaman yang pendek mencerahkan sepanjang hidup.
Pengalaman semacam itu bak mutiara dan mutiara dalam hidup ku. Kini ku
mulai menerima dan belajar mengiklaskan apa yang terjadi di hidup ku,
aku tak boleh termenung hingga kemudian ku menyesal. Sudah cukup ku
melewatkan waktu dengan menangis itu semua tak ada gunanya, pengalaman
itu tak kan ku lupakan, kini ku tak kan menyia nyikan orang tua ku satu
satunya. Ku kan belajar dari pengalaman ku sadari tuhan itu tak memberi
apa yang ku minta melainkan tuhan memberi apa yang terbaik untuk ku,
semua yang terjadi pada ku ini semua ada hikmah tuhan hanya menunggu
untuk menunjukkan itu pada ku. Aku masih sangat beruntung karena tuhan
selalu ada untuk ku menenang kan ku dan memberi kekuatan menghadapi
semua itu. Hingga ku sadari sekarang betapa buruk nya sikap ku terhadap
ayahku, sering ku membantah apa yang ia perintah kan, kini ku sadari
betapa bodoh nya aku. Ku menyia nyiakan waktu bersamanya dan hal itu tak
kan ku ulangi kedua kali nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar